Sulitnya
memahamimu membuatku berada dalam kegamangan. Kau memegang semua
kendali, mematahkan setiap usaha yang kulakukan dengan dingin. Layaknya usaha
nihil seorang prajurit yang coba mendobrak benteng pertahanan lawan. Apa yang
harus kulakukan selain menunggu kebaikan lawan membuka benteng itu dan menerima
sang prajurit berbicara tentang perdamaian. Aku masih bertahan..
Aku muak ketika kau hanya diam dan
membiarkan otakku berkembang menjadi liar. Betapa banyak hal yang kupikirkan
dan melukai hatiku bahkan sebelum semua itu terbukti benar. Inginku sesederhana
seorang anak yang bertanya “apa itu?” dan “mengapa begitu?”. Tapi kau seakan
tidak memahami apa yang ingin kupahami atau mungkin kau memang tidak ingin aku
memahaminya. Pikirannku jauh membuas, memburuk seburuk segala yang ada di
neraka. Itu menyiksa.. Ada kalanya keegoisan muncul hingga
ingin membuangmu jauh dari pikiranku. Seperti kau yang seolah ingin menjauhkanku
dari hidupmu.
Pagi ini tiba-tiba kau membangunkanku
dengan suaramu yang dingin.. lalu aku berpikir.. aku takut usahaku hanya
sedikit dari apa yang bisa kuusahakan untukmu...Kucoba menunggu lunaknya hatimu
lebih lama..
No comments:
Post a Comment