Tanpa kusadari aku mungkin terjebak
dalam sebuah pengembaraan berbuah luka. Semua diluar kendaliku saat kau merasa
kita adalah istimewa, sedangkan aku telah lebih dulu memilih dia sebagai yang
tercinta. Kucoba pahami liar adalah karenaku, tapi tak ada niatku berpaling saat
dingin menyapa cinta. Aku hanya tak mampu menahan pikiran terburuk yang selalu
menampakkan wujudnya walaupun tak harus aku terjaga. Dan saat itu waktu mempertemukan
aku dengan dirimu yang ada kutatap, menggenggam tanganku, menggetarkan hati
yang lama terjajah rindu tak berbalas darinya. Pikirku masih dalam kesadaran
tertingginya, aku tidak bodoh dan aku punya hati. Tak ada mauku menganggap
semua ini lebih istimewa dari rasa, walaupun hatiku yang lain tidak pula ingin
kehilanganmu saat kau tahu bahwa tidak ada hati yang bisa kutawarkan untukmu
selama aku masih terikat dengannya. Dia masih yang teristimewa bagiku, walaupun
seringkali sikapnya tak semanis dirimu. Ampuni aku, pikiran terburukku justru
membawanya mewujudkan sebuah banyangan pengkhianatan menjadi nyata tanpa pernah kau dan dia mengetahuinya.
No comments:
Post a Comment