Sebuah tamparan bukan hanya gerakan tangan kencang yang mendarat kasar di pipi. Tamparan sesungguhnya adalah saat kenyataan yang disampaikan orang lain mendarat mulus di hatimu, membuatmu berpikir, lalu tersadar, bahwa selama ini kau tidak cukup baik. Ini bukan kesalahan mereka tapi sebuah sudut pandang objektif yang terkadang kita sendiri tidak menyadarinya. Dan saat tamparan itu terasa, dua pilihan muncul di hadapanmu, menyadarinya lalu memperbaiki atau menyadarinya lalu berhenti sebelum semuanya terlalu jauh. Namun, di luar itu semua yang terpenting adalah kesadaran itu sendiri. Tersadar dengan mata terbelalak hingga tak mampu memejamkan mata seberapa pun lelahnya dirimu. Sadar sesadar-sadarnya bahkan tidur tak bisa membuatmu lupa. Perasaan sesal yang begitu mengganggu. Seketika hati memilih untuk pergi menyadari ketidakpantasan yang ada pada diri. Sayang, strategi perang sudah dibuat dan kaki telah berpijak di medan perang, maka mundur adalah tindakan pengecut. Kini, tidak ada pilihan lain selain memperbaiki dan maju untuk memenangkan peperangan agar tak ada penyesalan jika pun itu mungkin akan jadi peperangan terakhirmu.
Fatamorgana Hingga Fatamorgina
melenakan menjerumuskan dalam bayang semu.
Saturday, July 27, 2013
Sunday, May 12, 2013
Sekeping hati
Tuhan, aku ingin bercerita banyak padaMu. Aku ingin mencurahkan apa yang kurasakan namun tak mampu terucap.
Ini bukan masalah besar...
Ini hanya perasaanku yang kusimpan rapat namun tak mampu lagi kutahan seorang diri. Aku ingin membaginya denganMu....
Tuhan, aku rasa aku menyukainya, atau "mungkin" menyukainya, entahlah aku sendiri pun bingung..
Perasaan ini baru saja "kusadari" saat kemana pun aku pergi aku selalu merindukan kehadirannya. Namun, aku pun sadar Ia tidak mungkin menyukaiku...
Sungguh aku tidak pernah meminta ini, aku tidak pernah berharap perasaan ini ada. Aku cukup bahagia memilikinya yang sangat baik...
Aku rasa ini hanya perasaan yang mengada-ngada setelah aku mengalami luka yang teramat sangat. Mungkin ini hanya sebuah pelarian. Tapi, rasa itu tak bisa hilang...
Tuhan, merindukannya terasa sangat menyakitkan disaat kini kami telah saling menjauh. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya ingin jujur dengan perasaan ini. Tak peduli apapun hasilnya karena aku tahu ia menyukai orang lain.
Tapi Tuhan nyatanya aku terlalu takut..
Takut kejujuranku akan membuatnya pergi..
Karena rasaku hanya rasa sepihak...
Tuesday, April 2, 2013
Jurang Tanpa Dasar
Ingin kutemukan akhir dr tangisanku..
Luka yg telah mengisi ruang hati tanpa dasar..
Hingga jantungku berdetak lambat setiap kali menahan sakit karenanya..
Semakin melambat..
Sampai kubisa merasakan setiap pompaan darah yg akan mengaliri tubuhku..
....
Lalu aku merasa benci adalah aspirin untuk mengobati perpisahan yg menyakitkan..
Tapi..
Aku tdk menganjurkanmu meminum aspirin setiap kali kau merasa sakit..
Sekali lagi, tidak..!!
Karena kau harus menukarnya dgn sangat mahal..
cintamu dengan kebencian...
Tapi aku..
Rela jk pun harus memiskinkan diriku..
Kau tau maksudku??
Ya..
Aku mungkin akan menukarnya, semahal apapun itu..
By G.K.
Inspired from class 5 Profesor, saat itu kami membicarakan tentang orang yg jatuh ke dalam jurang tanpa dasar, lucu sekali membayangkan seseorang jatuh dan terus berteriak tanpa akhir..
Lalu aku mulai berpikir seperti hati, mungkin dalamnya pun tanpa dasar karena "luka" yg kau rasakan tak pernah mampu kau raba dan temukan di mana.
Friday, September 14, 2012
Riuhnya Kembang Api Tak Pernah Abadi
Siapa yang bisa menahan ledakan kembang api yang kadung tersulut api.. membuncah ruah.. mengiringi perasaan lain yang membawaku berpikir untuk pergi. Seketika tekadku bulat.. lalu "waktu" membuatnya kabur seiring lenyapnya riuh bunga api. Tangan-tangan kecil itu seolah meraihku kembali tapi aku terlanjur merasa ingin pergi..
Terlalu banyak alasan yang kubuat untuk kepuasan ego ini..
Seribu penyesalanku bukan tidak menyeruak.. tapi keputusanku sulit tergoyahkan! aku telah membuat pembenaran-pembenaran sendiri.. itulah aku.
Friday, September 7, 2012
Hatiku Bagai Ombak
seolah setiap kata yang kuucap hanya akan berubah menjadi butiran air mata yang tak mampu lagi tertahan. Sendiri dalam sepi.. seperti tawanan dengan kain membekap mulut menahan jeritan penuh luka yang tak teraba. Alunan tanya mempertanyakan apa dan mengapa.. hanya membawa anganku liar menapaki jejak lalu yang meluka.
Aku adalah jiwa yang merasa..
hatiku tenang merekam masa.. perlahan menyimpan bubuk mesiu letih tertahan. Hingga sampai di satu titik rasa itu tersulut api merambat cepat dan meluap..
Aku bukanlah aku, aku adalah seperti apa kau memperlakukanku..
Sunday, June 10, 2012
Meraih Mimpi
Tuesday, June 5, 2012
Aku Ingin-Sapardi Djoko Damono
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..