Saturday, July 27, 2013

Tamparan Jiwa

Sebuah tamparan bukan hanya gerakan tangan kencang yang mendarat kasar di pipi. Tamparan sesungguhnya adalah saat kenyataan yang disampaikan orang lain mendarat mulus di hatimu, membuatmu berpikir, lalu tersadar, bahwa selama ini kau tidak cukup baik. Ini bukan kesalahan mereka tapi sebuah sudut pandang objektif yang terkadang kita sendiri tidak menyadarinya. Dan saat tamparan itu terasa, dua pilihan muncul di hadapanmu, menyadarinya lalu memperbaiki atau menyadarinya lalu berhenti sebelum semuanya terlalu jauh. Namun, di luar itu semua yang terpenting adalah kesadaran itu sendiri. Tersadar dengan mata terbelalak hingga tak mampu memejamkan mata seberapa pun lelahnya dirimu. Sadar sesadar-sadarnya bahkan tidur tak bisa membuatmu lupa. Perasaan sesal yang begitu mengganggu. Seketika hati memilih untuk pergi menyadari ketidakpantasan yang ada pada diri. Sayang, strategi perang sudah dibuat dan kaki telah berpijak di medan perang, maka mundur adalah tindakan pengecut. Kini, tidak ada pilihan lain selain memperbaiki dan maju untuk memenangkan peperangan agar tak ada penyesalan jika pun itu mungkin akan jadi peperangan terakhirmu.

Sunday, May 12, 2013

Sekeping hati

Tuhan, aku ingin bercerita banyak padaMu. Aku ingin mencurahkan apa yang kurasakan namun tak mampu terucap.
Ini bukan masalah besar...
Ini hanya perasaanku yang kusimpan rapat namun tak mampu lagi kutahan seorang diri. Aku ingin membaginya denganMu....
Tuhan, aku rasa aku menyukainya, atau "mungkin" menyukainya, entahlah aku sendiri pun bingung..
Perasaan ini baru saja "kusadari" saat kemana pun aku pergi aku selalu merindukan kehadirannya. Namun, aku pun sadar Ia tidak mungkin menyukaiku...
Sungguh aku tidak pernah meminta ini, aku tidak pernah berharap perasaan ini ada. Aku cukup bahagia memilikinya yang sangat baik...
Aku rasa ini hanya perasaan yang mengada-ngada setelah aku mengalami luka yang teramat sangat. Mungkin ini hanya sebuah pelarian. Tapi, rasa itu tak bisa hilang...
Tuhan, merindukannya terasa sangat menyakitkan disaat kini kami telah saling menjauh. Aku tidak tahu harus bagaimana. Aku hanya ingin jujur dengan perasaan ini. Tak peduli apapun hasilnya karena aku tahu ia menyukai orang lain.
Tapi Tuhan nyatanya aku terlalu takut..
Takut kejujuranku akan membuatnya pergi..
Karena rasaku hanya rasa sepihak...

Tuesday, April 2, 2013

Jurang Tanpa Dasar

Ingin kutemukan akhir dr tangisanku..
Luka yg telah mengisi ruang hati tanpa dasar..
Hingga jantungku berdetak lambat setiap kali menahan sakit karenanya..
Semakin melambat..
Sampai kubisa merasakan setiap pompaan darah yg akan mengaliri tubuhku..
....
Lalu aku merasa benci adalah aspirin untuk mengobati perpisahan yg menyakitkan..
Tapi..
Aku tdk menganjurkanmu meminum aspirin setiap kali kau merasa sakit..
Sekali lagi, tidak..!!
Karena kau harus menukarnya dgn sangat mahal..
cintamu dengan kebencian...

Tapi aku..
Rela jk pun harus memiskinkan diriku..
Kau tau maksudku??
Ya..
Aku mungkin akan menukarnya, semahal apapun itu..

By G.K.

Inspired from class 5 Profesor, saat itu kami membicarakan tentang orang yg jatuh ke dalam jurang tanpa dasar, lucu sekali membayangkan seseorang jatuh dan terus berteriak tanpa akhir..
Lalu aku mulai berpikir seperti hati, mungkin dalamnya pun tanpa dasar karena "luka" yg kau rasakan tak pernah mampu kau raba dan temukan di mana.

Friday, September 14, 2012

Riuhnya Kembang Api Tak Pernah Abadi

Saat riuhnya kembang api lenyap tak pernah abadi.. Aku merasakan bahwa sebuah perasaan yang muncul tepat di satu waktu tiba-tiba terasa kabur bahkan hanya dalam hitungan menit berikutnya. Lalu sulit untuk menjawab tanya mengapa? membuatku kemudian berpikir apa yang telah kulakukan..? kemudian kucari-cari alasan untuk membenarkan tindakan yang telah lalu itu. Salahkah.. ??

Siapa yang bisa menahan ledakan kembang api yang kadung tersulut api.. membuncah ruah.. mengiringi perasaan lain yang membawaku berpikir untuk pergi. Seketika tekadku bulat.. lalu "waktu" membuatnya kabur seiring lenyapnya riuh bunga api. Tangan-tangan kecil itu seolah meraihku kembali tapi aku terlanjur merasa ingin pergi..

Terlalu banyak alasan yang kubuat untuk kepuasan ego ini..
Seribu penyesalanku bukan tidak menyeruak.. tapi keputusanku sulit tergoyahkan! aku telah membuat pembenaran-pembenaran sendiri.. itulah aku.

Friday, September 7, 2012

Hatiku Bagai Ombak

Rasaku tertahan dalam..
seolah setiap kata yang kuucap hanya akan berubah menjadi butiran air mata yang tak mampu lagi tertahan. Sendiri dalam sepi.. seperti tawanan dengan kain membekap mulut menahan jeritan penuh luka yang tak teraba. Alunan tanya mempertanyakan apa dan mengapa.. hanya membawa anganku liar menapaki jejak lalu yang meluka.
Aku adalah jiwa yang merasa..
hatiku tenang merekam masa.. perlahan menyimpan bubuk mesiu letih tertahan. Hingga sampai di satu titik rasa itu tersulut api merambat cepat dan meluap..
Aku bukanlah aku, aku adalah seperti apa kau memperlakukanku..

Sunday, June 10, 2012

Meraih Mimpi

           Tiba-tiba aku teringat saat ibuku memberikan uang lima ratus ribu rupiah bukan dalam keadaan yang menyenangkan, saat itu keadaan keluarga kami sedang tidak begitu baik. Bisnis keluarga kami mengalami kebangkrutan. Ayahku depresi berat, ia bahkan sudah menitipkanku dan adik-adikku pada keluarga kami yang lain. Ibu berkata, "simpan saja uang itu untuk bekalmu jika sewaktu-waktu kau membutuhkannya". Lalu aku menyimpannya diantara tumpukkan baju-bajuku di lemari. Aku tidak pernah menyangka bahwa uang itulah yang membawaku hingga menjadi aku yang sekarang. 
      Entah mengapa dalam keadaan sulit itu, aku masih begitu egoisnya. Dalam pikiranku hanya ada satu hal yaitu ingin melanjutkan pendidikanku ke bangku kuliah. Aku bahkan masih memohon orang tuaku untuk mendaftarkanku ke universitas swasta karena aku tidak yakin mampu melewati seleksi penerimaan mahasiswa baru perguruan tinggi negeri. Dan aku marah ketika ibuku menggelengkan kepalanya untuk permintaanku itu. Ibuku berkata cobalah masuk ke universitas negeri saja. Padahal aku bukan tidak tahu bahwa ia menangis setelahnya, tapi itulah kenyataan yang terjadi saat itu.
        Tak putus harapan aku meminta temanku untuk mengantarkanku mendaftar ke salah satu univ komputer swasta di Bandung. Pikirku yang terpenting adalah bisa diterima, biaya pendaftarannya saat itu adalah dua ratus ribu rupiah. Aku berencana memakai uang lima ratus ribu yang diberikan ibuku tempo hari. Aku pun pergi ke sana, kebetulan temanku membawa mobil, kami parkir tepat di depan kampus itu. Lalu ia menyuruhku untuk segera masuk dan mendaftar. Entah mengapa aku merasa begitu minder, kuminta temanku untuk mengantar tapi sayang ia hanya memakai sandal jepit membuatnya tidak ingin keluar. Aku tidak begitu ingat berapa lama, tapi cukup lama kami hanya duduk di dalam mobil dan selama itu aku terus berpikir untuk masuk atau tidak. Akhirnya kuputuskan untuk pulang, kuminta temanku untuk menjalankan mobilnya membawaku pergi dari tempat itu secepat mungkin sebelum aku berubah pikiran.
          Tidak jauh dari kampus itu kami melewati salah satu Univ negeri di Bandung, suasana di jalan itu ramai dengan mahasiswa yang hilir mudik. Tiba-tiba temanku bertanya kenapa aku tidak ikut seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) saja daripada masuk ke univ swasta. Spontan aku berkata "Ah, tidak bisa". Hari itu pun kulalui tanpa hasil.
***
         Malam yang sepi kembali menemaniku, di rumahku sejak siang hingga malam tak ada bedanya suasananya terlalu menyedihkan. Ayahku yang begitu keras seketika menjadi orang yang tak berdaya, bahkan ibuku jauh lebih tegar darinya. Aku pun sudah lama tidak berhubungan dengan teman-teman di sekolah rasanya sepi tak tahu harus berbuat apa lagi. Hingga tiba-tiba saja temanku di SMA menghubungiku dan mengajakku untuk mengikuti SPMB. Sungguh aku merasa mendapatkan jalan yang kuinginkan.
            Keesokan harinya aku pergi mendaftar SPMB, kubawa uang lima ratus ribu itu kutukarkan dengan satu map coklat untuk peserta SPMB IPC seharga dua ratus lima puluh ribu rupiah tanpa ada satu orang pun di rumahku yang mengetahuinya. Map coklat berisi formulir, kartu peserta, dan buku petunjuk SPMB itu kubawa dan kuisi secara diam-diam. Aku bimbang, aku berdoa seorang diri berpikir jurusan apa yang harus kupilih berharap bisa lolos seleksi.Hingga ujian selesai, aku tidak berani memberitahukan orang tuaku. Kutunggu hingga hasilnya benar-benar keluar.


Itulah perjalananku, Aku berhasil lolos SPMB untuk Sastra Indonesia tahun 2007 dan menyelesaikan pendidikankku di tahun 2011. Keberhasilan kecil itu kini membawaku menuju tantangan lain dunia nyata.

Tuesday, June 5, 2012

Aku Ingin-Sapardi Djoko Damono



Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..

*untuk kekasihku*